Warning: Trying to access array offset on value of type bool in /home/jseudsjv/public_html/wp-content/plugins/fusion-builder/shortcodes/components/featured-slider.php on line 239
Lulud Prijambodo Ario Nugroho
Tingginya keterampilan Literasi merupakan syarat mutlak bagi warga negara supaya mampu bertahan hidup pada jamannya. Sebab salah satu bentuk tingginya keterampilan literasi, adalah kemampuan dari si pemilik keterampilan untuk menyesuaikan dirinya untuk membaca situasi dan kebutuhan hidup sesuai dengan jamannya. Tentu saja mereka akan hidup dengan cara baru dan berbeda. Untuk itulah, pemerintah melalui kementerian Pendidikan dan Kebudayaan merubah sistem ujian nasional. Perubahan sistem ujian kali ini sangat mendasar. Pada sistem ujian akhir nasional, kementerian menguji pengetahuan peserta didik. Saat ini kementerian menguji keterampilan literasi. sebagai bentuk triangulasi hasil jawaban peserta, pemerintah melakukan survey karakter dan survey lingkungan belajar. Telah terjadi perubahan mendasar memang, karena sejak awal sudah disiapkan satu strategi untuk melatih peserta didik dalam menjawab soal secara jujur.
Menyikapi perubahan mendasar sistem ujian menjadi Asesmen Nasional tersebut, sekiranya perlu dikembangkan satu model pembelajaran elektronik dengan produk utamanya adalah untuk meningkatkan literasi. Literasi di Indonesia dikenal memiliki enam dimensi, yaitu literasi membaca-menulis, numerasi, digital, sains , finansial dan budaya. Pada model pembelajaran elektronik dikembangkan tiga literasi dasar, yaitu literasi digital, literasi membaca, menulis dan literasi numerasi. Mengapa model pembelajaran elektronik? Karena salah satu cara untuk meningkatkan literasi adalah dengan mendekatkan peserta didik dengan internet, komputer maupun android. Selama ini pendidik sering menolak, jika ditawari “suatu pembelajaran” dengan melibatkan teknologi informatika. Beragam alasan mereka sampaikan mengapa jangan mendekatkan peserta didik dengan internet secara langsung. Dalam hal ini peserta didik “belum merdeka” dalam belajar.
Asesmen nasional, seharusnya pendidik lebih me”merdeka”kan peserta didik dalam belajar. android, jaringan online, seharusnya menjadi sumber belajar utama peserta didik saat belajar merdeka, sehingga keterampilan literasi akan menjadi bagian dari hidup mereka secara alami. Walaupun tentu saja “terdapat” beberapa konten negatif pada pembelajaran dengan memanfaatkan TIK secara langsung ini. Tetapi dengan pendampingan kuat, seyogyanya efek negative dapat diminimalkan.
Permasalahan mendasar pada pengembangan model pembelajaran elektronik, adalah perlunya beberapa rekomendasi terkait tindakan atau kegiatan pembelajaran yang dapat diakomodir sebagai salah satu prosedur pembelajaran, sehingga tujuan pengembangan model pembelajaran elektronik dapat terakomodir dengan baik.
Strategi penulisan artikel ini menggunakan sistematika latar belakang masalah, tujuan, metode pengumpulan data, waktu pengambilan data, responden dan cara mengumpulkan data serta Teknik analisis data. Selanjutnya akan disajikan data hasil pengolahan serta pembahasan dan diakiri dengan penutup. penutup diisi dengan kesimpulan analisis dan rekomendasi pengembangan. Adapun kajian teori, disispkan pada bagian pembahasan. Dalam membahas data, dikaitkan dengan kajian teori yang melandasi pengembangan model pembelajaran elektronik.
Tujuan
Analisis kebutuhan pengembangan model pembelajaran, dilakukan dengan tujuan mengetahui komponen utama model pembelajaran elektronik supaya dapat meningkatkan literasi peserta didik.
Metodologi pengumpulan data untuk proses analisis, dilakukan dengan menggunakan angket dan studi media sosial. Angket digunakan untuk menggali data terkait dengan kebiasaan guru melakukan proses pembelajaran online angket dibuat dalam bentuk google form, sehingga memudahkan distribusi dan pengumpulan datanya. Sementara media sosial digunakan untuk menggali data Selanjutnya proses pengumpulan data menggunakan google form, dan disebarkan ke pada responden melalui whatsapp dan mengumpulkan data
Waktu Pengumpulan data dilakukan pada bulan April sampai dengan bulan Mei tahun 2020. Adapun responden pengumpulan data adalah pendidik, peserta didik dan orang tuanya. Responden dipilih berdasarkan jenjang pendidikannya. Dalam hal ini adalah jenjang SMP Adapun respondennya dipilih secara acak atau link google.form disebar melalui grup wa di sekolah mitra PTP LPMP Jawa Tengah.
Analisis dilakukan secara deskriptif kuantitatif. Adapun hasilnya kemudiankan ditriangulasikan dengan issue issue kecenderungan belajar peserta didik yang banyak muncul di media sosial ataupun di google search, hanya data issue issue tersebut tidak disajikan pada tulisan ini.
Hasil pengumpulan data
Beberapa data berhasil dikumpulkan terkait kebutuhan pengembangan model pembelajaran elektronik. Data tersebut secara otomatis sudah dibuatkan grafik deskriptif oleh google form. Cara pengisian instrumen, responden boleh menambahkan isian sesuai dengan apa yang mereka pahami tentang proses pembelajaran. data tersebut, disajikan pada tabel 1 sampai dengan tabel 6.
Grafik 1. penggunaan strategi pembelajaran daring yang sering digunakan
Grafik 2. Model Pembelajaran yang sering digunakan
Grafik 3. Alasan memilih model pembelajaran
Grafik 4. Cara Belajar Peserta didik
Grafik 5, bentuk tugas yang sering digunakan
Grafik 6. Tugas dikumpulkan melalui
Pembahasan
Pembelajaran elektronik merupakan satu pembelajaran yang dilaksanakan menggunakan jaringan internet. Penerapan pembelajaran elektronik mewajibkan pendidik dan peserta didik harus memiliki keterampilan dalam memanfaatkan teknologi informasi untuk pembelajaran. Pembelajaran elektronik, dalam penerapannya guru selalu memanfaatkan memanfaatkan TIK dalam proses pembelajaran. pemanfaatan TIK nya meliputi sumber belajar, baik dalam bentuk cetak ataupun media pembelajaran lainnya semua menggunakan fasilitas jaringan internet atau biasa dikenal dengan nama hypermedia pembelajaran. Selain itu proses interaksi pembelajaran juga dengan menggunakan TIK.
Pengembangan model pembelajaran elektronik untuk meningkatkan literasi peserta didik, menggunakan beberapa pendekatan pembelajaran. Pendekatan pembelajaran tersebut adalah pendekatan behavior, pendekatan konstruktivis dan pendekatan konektivis. Pendekatan behavior, digunakan, karena peningkatan literasi merupakan suatu perilaku yang apabila dilatih dan dibiasakan kepada peserta didik, maka dapat terjadi perubahan perilaku.
Sementara itu, supaya peserta didik mempu membangun konsep atas pemahamannya, sekiranya perlu pula peserta didik dibimbing untuk membangun pengetahuan secara mandiri. Proses membangun pengetahuan ini, memerlukan suatu proses pembelajaran dimana mereka diberi ruang untuk belajar secara mandiri. Proses membangun inilah, pada model pembelajaran elektronik ini digunakan pula pendekatan konstruktivis. Pada saat yang bersamaan, peserta didik pun perlu diberi kesempatan untuk selalu terhubung dengan sumber belajar secara langsung. Terhubungnya peserta didik dengan para sumber belajar ini dapat dilakukan secara online, tatap muka, atau bahkan hanya melalui studi literatur. Nah proses koneksi peserta didik dengan para sumber belajar ini, telah dirangkumkan pada pendekatan pembelajaran konektivis.
Model pembelajaran elektronik, merupakan suatu replikasi pembelajaran elektronik. Inovasi inovasi pembelajaran, sebelum diterapkan secara luas, ada baiknya dibuat replikasi atau model pembelajaran terlebih dahulu. Beberapa keuntungan dengan dibuatnya inovasi pembelajaran menjadi sebuah model pembelajaran adalah: a) inovasi pembelajaran mudah diamati; b) inovasi pembelajaran dapat diukur kapasitas maksimalnya; c) inovasi pembelajaran dapat dengan mudah diimbaskan.
Pengembangan model pembelajaran elektronik dapat dilakukan secara maksimal, apabila sebelumnya dilakukan analisis. Analisis kebutuhan pengembangan model pembelajaran elektronik dilakukan menggunakan alur sebagaimana disajikan pada gambar 1.
Pada gambar 1, dijelaskan alur pengembangan model pembelajaran elektronik. Model pembelajaran dikembangkan berdasarkan inovasi yang akan dibangun sebagai inovasi pembelajaran. analisis kebutuhan saat ini, dilakukan untuk mengembangkan satu inovasi pembelajaran elektronik untuk meningkatkan literasi peserta didik. Meskipun demikian, alur pengembangan pada gambar 1 tetap memasukkan seluruh komponen pembelajaran elektronik ditambah dengan kegiatan belajar penguat literasi. Komponen mendasar untuk meningkatkan literasi sebenarnya hanya satu faktor saja, yaitu kesabaran pendidik saat mereka memberi waktu kepada peserta didik untuk memperlajari permasalahan belajar mereka secara mandiri. Berdasarkan komponen pembelajaran elektronik dan komponen literasi, dibangunlah model pembelajaran elektronik untuk meningkatkan literasi.
Beberapa komponen pembangun pembelajaran literasi datanya sebagaimana disajikan pada grafik 1 sampai dengan grafik 6. Grafik menunjukkan kecenderungan pendidik dan peserta didik saat melakukan proses pembelajaran secara daring. Data memberikan informasi bahwa kebiasaan pendidik dalam memproses pembelajaran secara daring, seringnya lebih ke pemberian tugas melalui whatssap atau google classroom. Sementara itu, peserta didik sudah mempelajari materi secara mandiri dengan membaca browsing menggunakan internet. Proses pembelajaran dengan hanya strategi memang sudah variatif, tetapi Ketika melihat seperti apa tugas yang sering diberikan oleh pendidik, tampaknya terjadi proses berulang, yaitu menjawab soal latihan tentunya mempercepat proses capek dan jenuh peserta didik. Dan kejenuhan peserta didik ini sering muncul pada daftar google, facebook atau bahkan status WA. Biasanya keluhan sering disampaikan oleh para orangtua. Hanya disini tidak dimunculkan ragam keluhan tersebut.
Beban belajar pada proses peningkatan literasi, sebagian besar beban memang berada pada peserta didik, akan tetapi jika proses pembelajaran dibuat alur dan proses tertentu pasti akan menjadi menarik bagi peserta didik. peserta didik diajak berinteraksi dengan masalah, diajak untuk berkarya atau apa sajalah. Pada prinsipnya setiap kegiatan pembelajaran selalu mengarahkan peserta didik untuk selalu terhubung dengan pencarian artikel dalam bentuk apapun. Dan akhirnya tentu saja untuk memberikan solusi terhadap masalah belajar.
Pada grafik tampak beberapa guru sebenarnya sudah mulai terbuka dengan menerapkan beberapa model pembelajaran, misal SOLE, discovery ataupun flipped. Akan tetapi, sepertinya proses pembelajaran belum berlangsung dengan nyaman baik bagi orang tua, pendidik maupun peserta didik. berdasarkan temuan itulah, sepertinya perlu dikembangkan model pembelajaran elektronik dengan memasukkan dalam sintak pembelajarannya antara lain prosedur belajar mandiri. Di sini tentu saja peran pendidik selain sebagai seorang pendamping adalah sebagai seorang motivator.
Pemberian motivasi oleh pendidik tentu saja sangat diperlukan, sebab tanpa motivasi penuh dari pendidik berat rasanya bagi peserta didik untuk dapat belajar dengan menyenangkan. Pendidik perlu juga memberikan variasi, alternatif bagi peserta didik dalam memberikan solusi atas masalah belajarnya. Pada tabel sudah tampak variasi jawaban peserta didik yang dikumpulkan, tetapi tentu saja bentuk bentuk alternative jawaban dapat lebih dioptimalkan lagi. Dalam hal ini istilah kerennya adalah “merdeka dalam mengungkapkan pendapat”.
Penutup
Kesimpulan yang dapat diambil pada kegiatan analisis kebutuhan pengembangan model pembelajaran ini adalah perlunya memasukkan dalam prosedur pembelajaran elektronik terkait dengan kegiatan belajar mandiri. Berdasarkan data terdapat beberapa model pembelajaran elektronik yang dapat mengaktifkan proses pembelajaran. Walaupun demikian proses pembelajaran yang berlangsung berkesan “garing” untuk itulah perlu dikembangkan lagi suatu sintak atau prosedur pembelajaran aktif, segar dan menyenangkan.
Rekomendasi yang dapat diberikan Pada kegiatan belajar mandiri saat pembelajaran online adalah perlunya diluangkan waktu peserta didik untuk: a) mempelajari materi secara online ataupun offline, b) mengembangkan informasi secara offline ataupun online; c) berkomunikasi langsung dengan pakar keilmuan sesuai dengan masalah yang dihadapi; d) merancang solusi secara mandiri atau berkelompok; e) memaparkan solusi tentu saja secara online. Selain prosedur atau sintak pembelajaran, perlu juga dimasukkan kegiatan pendidik sebagai motivator peserta didik saat pembelajaran berlangsung contohnya: a) memberikan materi yang menarik; b)membantu mencarikan informasi tambahan atau bahan rujukan tambahan bagi peserta didik; c) membantu menghubungkan dengan pakar keilmuan yang diperlukan.
Daftar Pustaka
Andamsari, CS. 2018. Rancangan Model Pembelajaran Discovery-Inquiry Learning Yang Memanfaatkan Sumber Belajar Untuk Jenjang SMP. Pustekkom. Kemdikbud.Jakarta.
Siberman, M. 2017. Active learning (101 strategi pembelajaran aktif). Nuansa Cendekia. Bandung.
Rosalina,G. (2016). Penerapan Model Discovery Learning Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Perubahan Wujud Benda. Jurnal Pena Ilmiah. Volume 1, Nomor 1, hal.379
Bart, M. (2014). Blended and flipped: exploring new models for effective teaching 113 and learning. Faculty focus (Special Report). Madison, Wisconsin: Magna Publications.
Nugroho, LPA, 2004.Penerapan Model Pembelajaran Untuk Meningkatkan Kreativitas Siswa. UNNES; Thesis. Semarang
N.A. Shofiah. 2012. Penerapan Model Pembelajaran Bakulikan Untuk Meningkatkan Kemampuan Bersikap Ilmiah Pada KOnsep Pemantulan Cahaya Kelas VIII. UNNES. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia (Vol. 5. No 1). Semarang.
*) Pengembang Teknologi Pembelajaran LPMP Provinsi Jawa Tengah