Warning: Trying to access array offset on value of type bool in /home/jseudsjv/public_html/wp-content/plugins/fusion-builder/shortcodes/components/featured-slider.php on line 239
Published On: 20 January 2021Categories: Artikel Pendidikan, Headline

Mulai tahun 2021 Ujian Nasional (UN) digantikan dengan format Asesmen Nasional (AN) yang terdiri atas AKM (Asesmen Kompetensi Minimum), Survey Karakter dan Survey Lingkungan Belajar. Adapun sasaran asesmen ini adalah siswa kelas V, VIII dan XI. Berdasar informasi terkini, AN yang sedianya akan dilaksanakan Maret s.d. Agustus, diundur ke September s.d. Oktober 2021 (sebagaimana diberitakan oleh Republika, 20/01/2021).

Guru perlu memiliki strategi yang tepat ketika menyiapkan anak didiknya menghadapi soal-soal AKM. Di samping menguasai materi yang diujikan, siswa juga perlu dikenalkan dengan bentuk-bentuk soal yang disajikan. Mengapa demikian? Karena tanpa mengenali bentuk tes dengan baik, siswa bisa mengalami kebingungan ketika mengerjakan ujian dan akhirnya terjebak untuk menjawab dengan tidak benar.

Sebagai contoh, pada ujian Bahasa Inggris dengan format TOEFL atau TOEIC, ada satu bentuk soal yang bisa dikatakan sangat tricky, yaitu soal error recognition. Ketika umumnya soal-soal tes meminta peserta tes untuk memilih jawaban yang benar, jenis tes error recognition ini justru meminta peserta tes untuk memilih jawaban yang salah atau yang tidak sesuai. Keunikan jenis tes ini bisa mengakibatkan peserta tes kehabisan waktu bahkan salah dalam menjawab.

Di lihat dari materinya, soal pada AKM hanya memuat dua besaran yaitu numerasi dan literasi. Namun demikian, bentuk-bentuk soal AKM ternyata lebih beragam daripada bentuk soal yang pernah ada di tingkat sekolah. Selama ini setidaknya ada 3 bentuk soal yang sudah familiar dengan siswa, yaitu pilihan ganda, isian singkat dan uraian, sedangkan AKM memiliki 5 bentuk soal yaitu pilihan ganda, pilihan ganda kompleks, menjodohkan, isian singkat, dan uraian. Secara lebih detail dapat dijelaskan berikut ini:

  1. Pilihan ganda (PG), murid hanya dapat memilih satu jawaban benar dalam satu soal;
  2. Pilihan Ganda Kompleks (PGK), murid dapat memilih lebih dari satu jawaban benar dalam satu soal;
  3. Menjodohkan, murid menjawab dengan dengan cara menarik garis dari satu titik ke titik lainnya yang merupakan pasangan pertanyaan dengan jawabannya;
  4. Isian singkat, murid dapat menjawab berupa bilangan, kata untuk menyebutkan nama benda, tempat, atau jawaban pasti lainnya;
  5. Uraian, murid menjawab soal berupa kalimat-kalimat untuk menjelaskan jawabannya.

Para guru harus memperhatikan bentuk soal yang baru dikenal oleh siswa. Pilihan ganda kompleks, misalnya, adalah jenis soal yang kemungkinan besar belum dikenal dengan baik oleh siswa. Jenis soal ini relatif baru bagi siswa-siswa kita baik jenjang SD, SMP, bahkan SMA dan sederajat. Ujian Nasional, Ujian Sekolah Berstandar Nasional maupun ujian di tingkat lokal (UH, UTS atau US) belum pernah menggunakan jenis soal pilihan ganda kompleks.

Berdasarkan buku “Lembar Tanya Jawab” (Pusmenjar, Kemdikbud, 2020), jenis soal PGK ini akan muncul 60% dari seluruh soal pada AKM Survei Nasional, dibandingkan PG yang hanya 20%, atau menjodohkan (10%), isian singkat (5%), dan uraian (5). Karenanya penting bagi guru pengenalkan bentuk soal PGK ini kepada siswa-siswa.

Tabel Sebaran Bentuk Soal AKM (Pusmenjar, Kemdikbud, 2020)

Bentuk soal lainnya, seperti menjodohkan, meskipun sudah lebih familiar daripada PGK, dan hanya muncul 10%, pun perlu dikenalkan kembali kepada siswa. Bisa jadi bentuk soal menjodohkan yang keluar pada AKM memiliki ragam yang banyak, dari yang sangat sederhana hingga yang lebih kompleks.

Berlatih mengerjakan seluruh bentuk soal AKM sangat penting dilakukan oleh siswa-siswa kita. Kita dapat memanfaatkan contoh-contoh soal AKM yang sudah tersedia cukup banyak di dunia maya. Pusat Asesmen dan Pembelajaran (Pusmenjar) juga secara resmi sudah menyediakan berbagai contoh soal AKM untuk digunakan sebagai latihan, pada alamat tautan: https://pusmenjar.kemdikbud.go.id/akm/. (ddg)